إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Dalam kehidupan ini, kita pasti mengenal yang namanya predator, yaitu binatang pemangsa dalam sebuah ekosistem. Untuk menjaga keseimbangan alam, keberadaan binatang predator sangatlah urgen adanya. Sebab, bila predatornya hilang maka populasi hewan akan berbahaya bag lingkungan yang lain.
Sebagai contoh, mungkin kita sering menyaksikan ada tanaman diserang oleh ulat yang makan dedaunan. Agar tanamannya selamat, maka Allah Ta’ala mendatangkan burung-burung kecil yang memakan ulat-ulat tersebut, sehingga tanaman yang daunnya dirusak ulat kembali tumbuh dengan baik. Atau contoh lainnya adalah keberadaan wereng yang dapat merusak tanaman. Ketika populasi meningkat dan tak terkendali, maka ia akan berbahaya. Untuk menjaganya, Allah pun menciptakan burung atau katak sebagai pemangsanya.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Sudah menjadi ketetapan Allah di muka bumi, bahwa selain ditetapkannya Sunnah Mudawalah (saling berkuasa), Allah juga menetapkan sebuah kehendak lain yang tidak bisa dihindarkan oleh makhluknya, yaitu sunnah tadafu’ (saling monolak dan melawan). Yaitu suatu ketetapan yang berlaku di antara makhluk untuk saling membela diri, berkonfrontasi dan saling melawan dan memperebutkan.
Tidak hanya terjadi pada ekosistem hewan, sunnah tadafu’ juga berlaku di antara manusia. Ketika orang-orang zalim berkuasa dan menghancurkan gerak hidup manusia yang ideal, maka Allah Ta’ala mengutus pasukan dari hamba yang dipilihNya untuk menghentikan kezaliman tersebut. Allah Ta’ala mengutus Nabi Ibrahim kepada Namrud yang tirani, mengirim Nabi Musa kepada Fir’aun yang sombong lagi menindas, menyuruh Thalut untuk melawan Jalut yang kejam, dan menghadirkan Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wasallam– di tengah-tengah masyarakat Quraisy yang musyrik dan suka membunuh.
Dalam Islam, adanya ketetapan tersebut biasa disebut oleh para ulama dengan sunnah tadaffu’, yaitu sebuah ketetapan Allah yang terjadi antar makhluk untuk saling bersaing, melawan, dan saling memangsa. Ketetapan ini merupakan hukum alam yang tidak pernah berubah. Dari dulu sampai sekarang, kajadiannya selalu sama hanya tokoh yang berganti. Dalam al-Quran surat Al-fath ayat 23, Allah ta’ala menyebutkan:
سُنَّةَ ٱللَّهِ ٱلَّتِى قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلُ ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ ٱللَّهِ تَبْدِيلًا
“Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.”
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Demikianlah hakitat sunnah tadafu’ yang terjadi di antara manusia. Perlawanan akan selalu ada di muka bumi ini. Sejak pertama kali Allah ciptakan manusia, perlawanan ahlu haq untuk menghancurkan kebatilan akan terus berlangsung. Pertarungan wali Allah—sebagai pengusung kebenaran—melawan wali setan—sebagai pengusung kebatilan—merupakan pertarungan yang tidak pernah ada ujungnya. Di antara mereka saling memenangkan pertarungan. Terkadang wali Allah yang tampil sebagai pemenang walaupun di waktu yang lain dia ditakdirkan kalah dan dikuasai oleh musuh.
Mengenail perihal ini, Ibnul Qayyim menuturkan,“Apa yang menimpa orang beriman di dunia ini, berupa pengusaan musuh atas diri mereka, terkadang mereka dikalahkan dan dilecehkan. Ini bagian dari sesuatu yang pasti terjadi. Sama seperti adanya panas dan dingin, sakit demam dan sedih, semua itu adalah perkara yang biasa terjadi di tengah-tengah kehidupan manusia di muka bumi ini.” (Ighatsatul lahfan 2/189)
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Perlawanan yang terjadi di antara ahlul haq dan ahlul bathil merupakan salah satu sunnah tadafu’ yang tak pernah ada ujungnya. Bahkan semenjak pertama Allah menciptakan Adam, peperangan antara pembela al-haq dengan pembela kebatilan terus terjadi hingga sekarang.
Dalam sebuah ayat, Allah ta’ala berfirman:
الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya,“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah”. Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,” (Al-Hajj: 40)
Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa hikmah dari ditetapkannya sunnah tadafu’ agar agama Islam terjaga dan dunia selamat dari kerusakan yang ditimbulkan orang zalim. Allah sebutkan bahwa jika tidak ada sunnah tadafu’, sementara orang-orang kafir itu terus berkuasa, maka tidak ada upaya dari umat Islam untuk melawan dan menghadang keganasan mereka. Tidak ada yang berjihad menghancurkan mereka, tidak ada yang mengalahkan mereka. Oleh karena itu di antara hikmah sunnah tadafu’ ini adalah menghapus segala bentuk pengrusakan di muka bumi ini.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Jadi sunnah tadafu’ (melawan) itu menjadi upaya untuk menyelamatkan kemaslahatan hidup manusia dari semua kekejaman tersebut. Menghilangkan keganasan orang zalim dan menghapus segala bentuk penindasan yang dimainkan oleh musuh.
Mengenai ayat di atas, Imam As-Sa’di berkata menjelaskan, “Maknanya jika bukan karena penolakan terhadap peperangan yang di mainkan oleh orang-orang fajir, konspirasi orang-orang kafir, maka bumi akan hancur dengan berkuasanya mereka di atasnya. Mereka akan mengangung-agunngkan syiar-syiar kufur, melarang hamba Allah untuk beribadah, karena itu Allah tutup ayat tersebut dengan firmannya, “Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Taisirul Karim Rahman, 108)
Hari ini kita bisa meyaksikan langsung apa yang terjadi di Suriah atau apa yang dilakukan oleh orang-orang yahudi di Palestina. Mereka menghancurkan masjid beserta menara-manaranya. Menyerang orang-orang yang berada di dalamnya, mengotorinya dan melecehkan kehormatannya. Kelakuan seperti ini, jika tidak ada upaya untuk melawan, maka kezaliman itu terus meluas. Pada akhirnya tidak ada lagi masjid di muka bumi ini yang dipakai untuk beribadah kepada Allah, tidak ada lagi al-quran yang dibaca oleh kaum muslimin. Tidak ada lagi azan yang berkumandang tengah-tengah masyarakat.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Ayat di atas juga menjadi dalil yang cukup mendasar bahwa pertarungan antara ahlul haq dan ahlul batil ini akan terus berlangsung, tidak ada ujungnya. Ada beragam hikmah yang terdapat dibalik ketetapan itu semua. Selain bagian dari cara Allah Ta’ala menguji keimanan kita sebagai orang mukmin, melalui pertarungan ini, Allah juga hendak memilih siapa di antara hambaNya yang berhak mendapatkan gelar syuhada. Seandainya tidak ada sunnah tadaffu ini maka tidak ada wasilah bagi hamba-hambanya untuk mendapatkan gelar syuhada. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu digolongkan dalam barisan ahlul haq dalam melawan kebatalin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.
إرسال تعليق