Dalam dunia survival dikenal tiga kategori lokasi bertahan hidup yaitu jungle survival, sea survival, dan urban survival. Dari ketiga lokasi ini, yang paling mematikan adalah sea survival karena kita harus bertahan hidup di tengah lautan lepas, tanpa atap, tanpa sumber daya lain kecuali lautan beserta isinya.
Laut bukanlah habitat manusia, karena manusia tidak bisa bernafas didalam air. Untuk itu, yang terpenting dalam sea survival adalah, bagaimana cara agar tidak tenggelam dan tetap bernafas walaupun terombang-ambing di lautan lepas.
"Kok bisa sampai terombang-ambing di lautan? Apa penyebabnya?"
Penyebabnya adalah kecelakaan.
Kecelakaan adalah penyebab nomor satu kenapa kita dihadapkan pada situasi bertahan hidup di tengah laut. Terutama kecelakaan kapal, platform tengah laut, serta pendaratan darurat pesawat terbang.
Beberapa kecelakaan yang sering terjadi adalah man over board (terjatuh ke laut), platform collapse (anjungan runtuh), kebakaran di anjungan, kapal tenggelam, kecelakaan saat transfer pekerja dari jetty ke boat, dari boat ke boat landing di anjungan, serta pendaratan darurat pesawat terbang di laut adalah serentetan resiko yang mungkin terjadi di laut lepas ataupun badan air lainnya.
Ada dua kriteria umum dalam kecelakaan laut:
1. Kecelakaan Terkontrol (Controlled Accident)
Controlled accident merupakan sebuah kecelakaan dimana kita masih memiliki waktu untuk melakukan evakuasi personil menggunakan alat-alat keselamatan yang tersedia, misal sekoci dan life raft.
2. Kecelakaan Tak Terkontrol (Uncontrolled Accident)
Uncontrolled accident adalah kecelakaan dimana kita sudah tidak memiliki waktu lagi untuk melepaskan sekoci ataupun lifecraft sehingga satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan diri adalah dengan melompat ke laut.
Cara Menyelamatkan Diri Saat Terjadi Kecelakaan Laut
Perlu diperhatikan bahwa melompat ke laut adalah pilihan paling terakhir yang harus dilakukan jika kita tidak memilik cukup waktu untuk berpindah ke peralatan keamanan seperti sekoci dan life raft, atau sering disebut dengan Personal Floatation Devices (PFD).
Untuk meninggalkan tempat kecelakaan (kapal atau anjungan) memerlukan teknik khusus agar tidak terjadi kecelakaan fatal saat evakuasi. Selain diharuskan menggunakan pelampung, usahakan melompat dari tempat yang tidak terlalu tinggi, setidaknya dibawah 5 meter.
Untuk melompat kelaut juga memerlukan teknik khusus agar tidak cidera yaitu melompat tegak lurus vertikal, agar yang lebih dulu sampai dipermukaan air adalah kaki kita. Dan yang paling penting sebelum melompat adalah menggunakan pelampung.
Terdapat lima jenis pelampung atau life jacket yang biasa tersedia di kapal, yaitu:
Sebelum lompat, perhatikan lokasi pendaratan. Pastikan permukaan laut yang akan dituju clear, tidak ada serpihan-serpihan maupun orang lain.
Perhatikan arah angin dengan cara merasakannya atau dengan melihat bendera dan benda-benda ringan lainnya. Jangan melakukan lompatan sejajar dengan arah angin agar saat mendarat kita masih punya jarak untuk menjauh agar tidak terbawa ke sumber kecelakaan.
Cara melompat ke dalam air:
Jangan bergerak terlalu banyak dan gunakan tenaga seefisien mungkin karena pada kondisi ini kita harus benar-benar bijak dalam mengalokasikan dan menggunakan tenaga kita yang tersisa agar bisa bertahan sampai tim SAR tiba atau sampai lifecraft mengembang dengan sempurna.
Cara Bertahan Hidup Saat Tubuh Terapung di Tengah Laut
Setelah berhasil terjun ke permukaan air, terdapat 3 bahaya utama, yaitu tenggelam, paparan terhadap elemen alam (misal sinar matahari, meminum air laut, luka yang bisa mengundang binatang laut, dan dinginnya air laut yang bisa mengakibatkan hypothermia), serta ter-ekspos sumber bahaya awal (misal tertarik gelombang ke dasar laut akibat kapal tenggelam).
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kemampuan bertahan hidup seseorang saat berada di laut, yaitu kekuatan fisik, berat badan, pakaian yang digunakan, dan penggunaan alat bantu apung.
Kelebihan lemak dapat berfungsi untuk menghangatkan tubuh survivor, penggunaan pakaian tebal juga bisa menjadi penolong sementara, dan pengetahuan yang baik mengenai penggunaan alat bantu apung bisa menambah kemungkinan kita untuk selamat sampai bantuan tiba.
- Tipe I, pelampung yang digunakan untuk lokasi kerja di offshore, pelampung jenis ini dapat menopang kepala. Semisal orang yang mengenakannya pingsan. kepalanya tetap akan berada di atas permukaan air.
- Tipe II, pelampung untuk lokasi kerja di near shore, juga dapat menahan kepala.
- Tipe III, pelampung yang digunakan untuk mengapung dalam waktu yang relatif singkat tapi juga dapat menahan kepala.
- Tipe IV, pelampung yang bisa dilemparkan, kebanyakan berbentuk ban.
- Tipe V, pelampung khusus untuk kegiatan tertentu. Biasanya digunakan sebagai pelampung olahraga air.
Sebelum lompat, perhatikan lokasi pendaratan. Pastikan permukaan laut yang akan dituju clear, tidak ada serpihan-serpihan maupun orang lain.
Perhatikan arah angin dengan cara merasakannya atau dengan melihat bendera dan benda-benda ringan lainnya. Jangan melakukan lompatan sejajar dengan arah angin agar saat mendarat kita masih punya jarak untuk menjauh agar tidak terbawa ke sumber kecelakaan.
Cara melompat ke dalam air:
- Saat akan melompat, tutup hidung dan mulut menggunakan jari telunjuk dan jari tengah, masukkan jempol ke dalam bila kuku jempol dirasa bisa membahayakan wajah.
- Peluk dengan erat pelampung menggunakan tangan sebelah, yakinkan pelampung dipeluk seerat mungkin untuk menghindari cidera dagu saat mengalami hentakan dengan permukaan air.
- Pandang ke arah horizontal dan melangkah ke depan dengan pasti.
- Sesaat setelah melangkah segera kunci dan posisikan kaki menyilang untuk melindungi bagian vital dari hentakan dengan permukaan air.
- Setelah terjun ke air dan mengapung dengan sempurna, putar badan 180° sehingga posisi badan menghadap ke arah sumber bahaya agar bisa melakukan antisipasi bila ada serpihan maupun bahaya yang bersumber dari sumber kecelakaan.
- Selanjutnya, berenang menjauhi kapal atau platform yang collapse. Arah renang adalah ke belakang bukan ke depan karena akan sangat sulit berenang ke arah depan saat menggunakan pelampung.
Jangan bergerak terlalu banyak dan gunakan tenaga seefisien mungkin karena pada kondisi ini kita harus benar-benar bijak dalam mengalokasikan dan menggunakan tenaga kita yang tersisa agar bisa bertahan sampai tim SAR tiba atau sampai lifecraft mengembang dengan sempurna.
Cara Bertahan Hidup Saat Tubuh Terapung di Tengah Laut
Setelah berhasil terjun ke permukaan air, terdapat 3 bahaya utama, yaitu tenggelam, paparan terhadap elemen alam (misal sinar matahari, meminum air laut, luka yang bisa mengundang binatang laut, dan dinginnya air laut yang bisa mengakibatkan hypothermia), serta ter-ekspos sumber bahaya awal (misal tertarik gelombang ke dasar laut akibat kapal tenggelam).
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan kemampuan bertahan hidup seseorang saat berada di laut, yaitu kekuatan fisik, berat badan, pakaian yang digunakan, dan penggunaan alat bantu apung.
Kelebihan lemak dapat berfungsi untuk menghangatkan tubuh survivor, penggunaan pakaian tebal juga bisa menjadi penolong sementara, dan pengetahuan yang baik mengenai penggunaan alat bantu apung bisa menambah kemungkinan kita untuk selamat sampai bantuan tiba.
Setelah berada pada lokasi yang aman dari bahaya, dengan catatan saat ini anda tengah mengapung menggunakan pelampung. Jika seorang diri maka lakukanlah posisi HELP (Heat Escape Lessening Procedure) seperti pada gambar diatas. Posisi ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan panas tubuh dari ketiak, dada dan selangkangan.
Bila jumlah korban lebih dari atau sama dengan 3, lakukan posisi HUDDLE, kaitkan tangan membentuk lingkaran penuh. Posisi ini berfungsi untuk saling menghangatkan tubuh masing-masing, selain itu bila ada korban yang terluka atau sedang dalam keadaan lebih lemah bisa diletakkan di tengah-tengah lingkaran.
Manfaat lainnya dari posisi HUDDLE ini adalah supaya kita bisa melakukan komunikasi satu sama lain dan saling memotivasi. Karena pada situasi ini biasanya ada yang sudah mulai putus asa. Kunci utama dari keberhasilan survival adalah kemauan dan tekad yang kuat untuk bertahan hidup.
Kenapa kita harus melakukan posisi HELP dan HUDDLE? karena saat terapung di permukaan air yang dingin, suhu tubuh akan sangat mudah mengalami penurunan yang dapat mengakibatkan kita terkena hipotermia.
Air menyebabkan hilangnya panas tubuh 20-26 kali lebih cepat ketimbang angin. Untuk itu diperlukan posisi terapung yang mampu menjaga suhu tubuh agar tetap hangat.
Gejala hipotermia saat berada di laut adalah menggigil (kedinginan), mati rasa, mengigau (mengeluarkan kata-kata yang tidak beraturan), amnesia, halusinasi, pembengkakan pada kaki dan tangan, dan cyanosis (bibir, ujung jari-jari kaki dan tangan menjadi biru.
💬 Bagaimana jika tidak ada atau tidak kebagian pelampung?
Yang harus dilakukan dalam kondisi tanpa pelampung adalah anda harus tetap tenang, sedikit bergerak, dan cari disekeliling anda benda-benda yang bisa digunakan untuk membantu anda mengapung.
Anda bisa menggunakan teknik uitemate, yaitu teknik mengapung dengan cara memposisikan tubuh secara horizontal, mengangkat dagu tinggi –tinggi dengan arah pandangan lurus ke atas (melihat langit), kedua tangan direntangkan hingga sejajar secara horizontal, untuk posisi kaki juga direntangkan secukupnya. Sambil terapung, segera cari disekitar benda-benda yang bisa anda gunakan sebagai pelampung.
Dengan menggunakan teknik uitemate ini anda bisa bernafas dengan lega tanpa banyak melakukan gerakan yang tidak perlu. Untuk waktu yang lama mengapung secara horizontal lebih efektif daripada mengapung dengan cara vertikal. Mengapung secara vertikal membuat anda harus selalu menggerakan kaki sehingga anda akan cepat lelah.
Setelah memposisikan diri, segera cari disekeliling keberadaan life raft, sekoci, puing-puing atau benda apapun yang cukup lebar yang bisa kita pijak agar kita tidak lagi berada di dalam air.
Menggapai Life Raft atau Perahu Penyelamat
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencari lokasi life raft bila bantuan tidak kunjung datang. Life raft adalah peralatan standar penyelamatan yang tersedia di platform atau kapal. Pengoperasiannya bisa dilakukan manual atau dengan sistem hidrostatis.
Bila keadaan masih terkontrol, turunkan lifecraft ke permukaan laut dari level ketinggian yang cukup. Tarik pemicu pada life raft sehingga bisa terkembang. Life raft bisa juga terlepas dan terkembang otomatis dengan adanya mekanisme hidrostatis.
Pada kedalaman 3-4 meter life raft yang terikat pada platform atau deck kapal akan terlepas sendiri kemudian mengapung ke permukaan dan terkembang hingga sempurna. Semua Personnel On Board juga dituntut memiliki kemampuan membalik life raft yang terbalik.
Cara membalik life raft yang terbalik:
- Berdirilah tepat di atas tabung CO2 kemudian lebarkan kaki selebar bahu dan tarik tali yang berada di atas lifecraft
- Posisikan kaki dalam keadaan lurus dan perhatikan arah angin karena bisa membantu dalam proses pembalikkan lifecraft tersebut.
Sebelum life raft terkembang sempurna siap digunakan, masing-masing orang yang berada di permukaan air tidak boleh berpencar. Tetaplah berkelompok dan lakukan metode renang berkelompok untuk mendekati life raft.
Berikut cara melakukan renang berkelompok dalam sea survival:
Setelah berada dekat dengan life raft segera berpegangan pada tali yang berada di sekeliling life raft. Survivor dengan kondisi fisik paling kuat harus naik pertama kali karena untuk naik ke atas lifecraft diperlukan tenaga yang tidak sedikit, apalagi dalam posisi mengenakan pelampung.
Cara menaiki life raft:
💬 Bagaimana jika tidak ada life raft?
Carilah benda-benda mudah terapung lain yang bisa membuat anda tidak lagi berada di dalam air. Misalnya seperti perahu karet, icebox, potongan kayu atau sejenisnya. Dengan berpijak pada permukaan (dan tidak lagi terendam didalam air) akan membuat peluang bertahan hidup menjadi lebih besar, karena dalam kondisi ini anda sudah bisa memikirkan untuk mendapatkan sumber air serta makanan untuk tubuh.
Bertahan Hidup Diatas Perahu Penyelamat Sambil Menunggu Bantuan Tiba
- Posisikan masing-masing orang dalam satu baris
- Survivor paling depan berfungsi sebagai pemimpin agar gerakkan mendayung menggunakan tangan bisa dilakukan dengan kompak.
- Survivor paling belakang berfungsi mengatur arah dari barisan tersebut.
- Jepitkan kaki ke badan survivor yang berada di depannya sedangkan kedua tangan digunakan untuk mendayung
- Korban yang cidera atau dalam keadaan paling lemah ditempatkan di tengah-tengah barisan.
Setelah berada dekat dengan life raft segera berpegangan pada tali yang berada di sekeliling life raft. Survivor dengan kondisi fisik paling kuat harus naik pertama kali karena untuk naik ke atas lifecraft diperlukan tenaga yang tidak sedikit, apalagi dalam posisi mengenakan pelampung.
Cara menaiki life raft:
- Posisikan badan sedekat mungkin sampai menempel ke sisi life raft
- Kaitkan kaki di tangga yang terbuat dari tali kemudian dorong tubuh hingga dalam posisi berdiri dan lakukan roll depan untuk masuk ke dalam lifecraft.
- Singkirkan terlebih dahulu benda-benda tajam yang menempel pada survivor lain yang akan naik / masuk agar tidak merusak life raft tersebut.
- Selanjutnya bantu korban-korban yang belum naik dengan cara menarik pakaian korban, jangan menarik tangannya.
Carilah benda-benda mudah terapung lain yang bisa membuat anda tidak lagi berada di dalam air. Misalnya seperti perahu karet, icebox, potongan kayu atau sejenisnya. Dengan berpijak pada permukaan (dan tidak lagi terendam didalam air) akan membuat peluang bertahan hidup menjadi lebih besar, karena dalam kondisi ini anda sudah bisa memikirkan untuk mendapatkan sumber air serta makanan untuk tubuh.
Bertahan Hidup Diatas Perahu Penyelamat Sambil Menunggu Bantuan Tiba
Setelah semua orang masuk ke dalam life raft, tunjuklah satu orang sebagai pemimpin. Di dalam life raft sudah tersedia survival kit yang dapat anda gunakan untuk bertahan hidup dan mencari pertolongan.
Selama berada di life raft ada empat tindakan yang harus dilakukan oleh tim survivor secara berurutan, yaitu Protection, Organization, Location, Comfort.
1. Protection
Segera pasang anchor / jangkar agar life raft tidak terombang-ambing terlalu jauh oleh gelombang maupun arus laut. Periksa survival kit yang berada di dalam life raft, selanjutnya periksa dengan seksama seluruh bagian life raft sebagai antisipasi bila terjadi kebocoran. Gunakan dayung pada kedua sisi life raft untuk menjauh dari sumber bahaya sampai posisi life raft benar-benar aman.
2. Organization
Organisir kelompok survivor anda. Lakukan pembagian tugas dengan menyerahkan tanggung jawab penggunaan survival kit kepada seluruh anggota kelompok. Berikan obat anti mabuk sebelum anggota kelompok merasa mabuk laut dengan waktu 8 jam sekali atau 3 kali dalam 24 jam.
Jika ada anggota kelompok yang akan muntah, gunakan plastik yang tersedia, jangan membuang muntahan di laut karena bisa mengundang binatang laut yang berbahaya, begitu juga dengan darah bila ada korban yang terluka.
Pemimpin kelompok menjelaskan cara penggunaan survival kit tersebut sekaligus mengatur jadwal jaga dan istirahat anggota kelompok. Selain itu, pemimpin juga harus bisa melakukan pendekatan persuasif bila ada anggota kelompok yang mulai kehilangan kepercayaan diri dan kemauan untuk bertahan hidup.
3. Location
Langkah ini dilakukan untuk memberitahukan kepada regu penolong mengenai posisi life raft anda. Segera lepas EPIRB (Emergency Position Indicating Radio Beacon) ke permukaan laut dengan mengikat terlebih dahulu tali EPIRB pada salah satu bagian life raft, pastikan tombol sudah 'ON' sebelum melepasnya ke laut.
Posisikan radar reflector dengan ketinggian lebih dari 1 meter dari permukaan laut sehingga bisa terdeteksi oleh kapal-kapal atau regu penyelamat. Bila mendengar suara mesin pesawat, helicopter, atau kendaraan lain segera nyalakan signal asap (bila siang hari) dan signal api (bila malam hari), dan signal cermin.
Saat regu penyelamat atau kendaraan lain sudah dapat terlihat segera gunakan signaling mirror (pada siang hari) ke arah kendaraan atau regu penyelamat tersebut.
Prinsipnya, gunakan alat-alat pemberitahu lokasi tersebut seefektif dan seefisien mungkin. Hal tersebut berlaku juga untuk makanan dan minuman.
Jangan mengonsumsi makanan atau minuman yang terdapat dalam survival kit sebelum 1 x 24 jam. Usahakan mencari sumber lain terlebih dahulu, misal dengan memancing dan mengumpulkan air tawar. Air tawar bisa berasal dari air hujan, embun, maupun proses penyulingan air laut dengan alat-alat yang tersedia atau gunakan plastik untuk menyuling secara manual.
4. Comfort
Setelah semua langkah-langkah dijalani dengan baik, selanjutnya adalah memikirkan tentang kenyamanan alias comfort.
Keringkan lantai life raft menggunakan alat yang tersedia, jemur pakaian dan pelampung sehingga bisa digunakan sebagai alas tidur. Lakukan forum-forum diskusi atau sekedar bercerita antar anggota kelompok sehingga moral dan kemauan bertahan hidup anggota kelompok dapat tetap terjaga sampai bantuan datang.
Manajemen Jenazah
Pada umumnya waktu menunggu bantuan datang lebih lama ketimbang waktu bertahan para korban yang terapung di permukaan laut sehingga terkadang ada salah satu atau beberapa korban yang lebih dulu meninggal.
Jika ada salah satu anggota kelompok yang meninggal, segera lakukan musyawarah untuk menentukan langkah apa yang harus dilakukan. Prinsipnya dahulukan keinginan anggota kelompok yang masih hidup bila ada yang keberatan mayat korban tersebut tetap berada di dalam lifecraft.
Jika sudah diambil keputusan untuk membuang mayat tersebut, lakukan pembungkusan mayat dengan seksama agar pada saat dibuang tidak mengundang binatang-binatang laut ke arah lifecraft sehingga akan membahayakan kelompok.
Proses Penyelamatan Survivor
Proses penyelamatan survivor bisa dilakukan oleh tim SAR dengan berbagai cara, misal dengan kapal boat, kapal pesiar, kapal nelayan atau dengan helicopter. Pada saat penyelamatan dilakukan dengan helikopter, segera keluar dari life raft dengan tetap berpegangan pada tali agar tidak terpencar karena arus maupun gelombang laut. Pastikan tali penolong telah menyentuh air agar efek listrik statis hilang terlebih dahulu.
Terkadang survivor juga akan diselamatkan 'secara tidak sengaja' oleh kapal laut lainnya jika secara kebetulan life raft berada pada jalur transportasi kapal laut.
Jika Kapal Terdampar Di Pulau Terpencil
Jangan berusaha mendayung perahu, karena akan percuma saja. Jika anda berada di dalam life raft, maka anda bisa melepaskan jangkar agar lokasi life raft dekat dengan tempat kejadian sehingga tim penyelamat dapat dengan mudah mengevakuasi anda.
Tetapi jika anda tidak berada di dalam life raft. Biarkan ombak dan arus membawa anda. Arus laut biasanya akan membawa anda sampai ke sebuah daratan atau pulau terpencil.
Jika anda terdampar di pulau terpencil maka metode survival yang digunakan akan sama dengan jungle survival dimana kita harus memanfaatkan sumber daya alam yang ada di pulau tersebut. Seperti membuat shelter, membuat api, dan mencari air serta sumber makanan.
sumber: indosurvival
Posting Komentar