Menyambut Ramadhan dengan Sempurna




Berada di bulan mulia, memanfaatkan secara maksimal dan meraih keutamaannya adalah kerinduan orang-orang bertakwa. Sejauh apa kerinduan dan kecintaan kita pada ramadhan, adalah ukuran awal sebaik apa kita akan meraih segala hentuk kebaikan di bulan ini. Semoga Alloh menolong kita untuk menjadi hamba-hamba yang lebih bertakwa.



Bualan Ramadhan ibarat air yang suci bagi orang yang ingin bertaubat, yang akan membersihkan seluruh celah tubuh dari segala noda yang pernah mengotorinya. Peluklah Ramadhan. Menangislah di dalamnya. Termenunglah di dalamnya. Bergembiralah karenanya. Muliakanlah kehadirannya.

Karena sesungguhnya setiap detik yang kita rasakan di bulan ini adalah anugerah yang terindah yang mungkin tak akan terulang untuk kali kedua.

Allahumma ya Allah, jadikanlah bulan ini, bulan yang mulia buat kami, bulan yang mampu mengangkat derajat kami, bulan yang mampu menyelamatkan jiwa kami, bulan yang mampu mereda murka-Mu atas kami, dan bulan yang akan memenangkan kami atas kaum yang dzalim. Hanya kepada-Mu kami berserah diri dan hanya kepada-Mu kami mohon ampunan.

Rahasia Puasa dan Syarat-syarat Batinnya

Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: Puasa orang awam, puasa orang khusus dan puasa orang super khusus. Puasa orang awam ialah, menahan perut dan kemaluan dari memperturutkan syahwat.

Puasa orang khusus ialah, menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan semua anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan puasa orang super khusus ialah puasa hati dari berbagai keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran yang tidak berharga; juga menahan hati dari selain Allah secara total, dan puasa ini menjadi “batal” karena fikiran tentang selain Allah dan hari akhir.

Karena fikiran tentang dunia kecuali dunia yang dimaksudkan untuk agama karena dunia yang dimaksudkan untuk agama tersebut sudah termasuk bekal akhirat dan tidak lagi dikatakan sebagai dunia. Ini merupakan tingkatan para Nabi, Rasul, Shiddigin dan Mugarrabin.

Kami tidak akan memperpanjang lebar penjelasannya secara lisan tetapi kami akan merealisasikannya secara nyata. Ia adalah konsentrasi penuh kepada Allah dan berpaling dari selain-Nya. Semakna dengan firman Allah: “Katakanlah: “Allah,” kemudian biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (al-An’am: 91)

Adapun puasa orang khusus ialah puasa orang-orang shalih yaitu menahan anggota badan dari berbagai dosa. Sedangkan kesempuruaannya ialah dengan enam perkara:

Pertama: Menundukkan pandangan dan menahannya dari berkeliaran memandang ke setiap hal yang dicela dan dibenci, ke setiap hal yang bisa menyibukkan hati dan melalaikan dari mengingat Allah ‘azza wajalla. Nabi saw bersabda:

Pandangan adalah salahsatu anakpanah beracun di antara anak panah Iblis, semoga Allah melaknatinya. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah maka ia telah diberi Allah keimanan yang mendapatkan kelezatannya di dalam hatinya.” (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ia men-shahih-kan sanad-nya)

Kedua: Menjaga lisan dari bualan, dusta, ghibah, gunjingan, kekejian, perkataan kasar, pertengkaran, dan perdebatan; mengendalikannya dengan diam; menyibukkannya dengan dzikrullah dan tilawah al-Qur’an. Itulah puasa lisan.

Sufyan berkata: Ghibah dapat merusak puasa. Basyar bin al-Harits meriwayatkannya darinya. Laits meriwayatkan dari Mujahid: Dua hal dapat merusak puasa: Ghibah dan dusta. Nabi saw bersabda:

Sesungguhnya puasa itu tidak lain adalah perisai, apabila salah seorang di antara kamu sedang berpuasa maka janganlah berkata kotor dan jangan pula bertindak bodoh, dan jika ada seseorang yang menyerangnya atau mencacinya maka hendaklah ia mengatakan sesungguhnya aku berpuasa. sesungguhnya aku berpuasa. ” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Ketiga: Menahan pendengaran dari mendengarkan setiap hal yang dibenci (makruh) karena setiap yang diharamkan perkataannya diharamkan pula mendengarkannya. Oleh sebab itu Allah menyamakan antara orang yang mendengarkan dan orang yang memakan barang yang haram, firman-Nya: “Mereka itu adalah orang-omng yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram.” (al-Ma’idah: 42)

Firman-Nya lagi: “Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram?” (al-Ma’idah: 63)

Jadi, mendiamkan ghibah adalah haram. Firman Allah: “Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka.” (an-Nisa’:140)

Keempat: Menahan berbagai anggota badan lainnya dari berbagai dosa, seperti menahan tangan dan kaki dari hal-hal yang dibenci, menahan perut dari berbagai syubhat pada waktu tidak puasa. Tidak ada artinya berpuasa, yaitu menahan makanan yang halal, kemudian berbuaka puasa dengan barang yang haram.

Orang yang berpuasa seperti ini laksana orang yang membangun istana tetapi ia menghancurkan negeri, karena makanan yang halal itu hanya berbahaya lantara dikonsumsi terlalu banyak bukan lantaran jenisnya, sementara puasa hanya untuk menguranginya.

Orang yang berhenn mengkonsumsi obat karena takut bahayanya, bila ia beralih meminum racun maka ia adalah orang bodoh. Barang yang haram adalah racun yang menghancurkan agama, sedangkan barang yang halal adalah obat yang bermanfaat bisa dikonsumsi sedikit tetapi berbahaya bila terlalu banyak. Tujuan puasa ialah mengurangi makanan yang halal tersebut. Nabi saw bersabda:

Berapa banyak orang yang berpuasa tetapi ia tidak mendapatkan dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.” (Diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Majah)

Dikatakan: Ia adalah orang yang berbuka puasa dengan makanan yang haram. Dikatakan juga: Ia adalah orang yang menahan diri dari makanan yang halal tetapi berbuka dengan “memakan daging manusia” yakni dengan ghibah yang notabene haram. Dikatakan: Ia adalah orang yang tidak menjaga anggota badannya dari berbagai dosa.

Kelima: Tidak memperbanyak makanan yang halal pada saat berbuka puasa sampai penuh perutnya. Karena tidak ada wadah yang paling dibenci oleh Allah selain perut yang penuh dengan makanan halal.

Bagaimana puasanya bisa bermanfaat untuk menundukkan musuh Allah dan mengalahkan syahwat jika orang yang berpuasa itu pada saat berbuka melahap berbagai macam makanan untuk mengganti berbagai makanan yang tidak boleh dimakannya di siang hari?

Bahkan telah menjadi tradisi, berbagai makanan disimpan dan dikumpulkan untuk dimakan pada bulan Ramadhan padahal makanan itu cukup untuk dimakan beberapa bulan di luar Ramadhan.

Keenam: Hendaknya setelah ifthar hatinya “tergantung” dan “terguncang” antara cemas dan harap, sebab ia tidak tahu apakah puasanya diterima sehmgga termasuk golongan Muqarrabin atau ditolak sehingga termasuk orang-orang yang dimurkai?

Hendaklah hatinya dalam keadaan demikian di akhir setiap ibadah yang baru saja dilaksanakan. Diriwayatkan dari al-Hasan bin Abu! Hasan al-Bashri bahwa ia melewati suatu kaum yang tengah tertawa. Lalu Ia berkata: Sesungguhnya Allah menjadikan bulan Ramadhan sebagai arena perlombaan melakukan ketaatan bagi makhluk-Nya, kemudian ada orang-orang yang berlomba hingga menang dan ada pula orang-orang yang tertinggal lalu kecewa. Tetapi yang sangat mengherankan ialah pemain yang tertawa-tawa di saat orang-orang berpacu meraih kemenangan.

Abu Darda’ berkata: Duhai indah tidurnya orang-orang cerdas dan tidak puasanya mereka, bagaimana mereka tidak mencela puasa orang-orang bodoh dan begadangnya mereka! Sungguh satu butir dari kebaikan dari orang yang yakin dan bertaqwa lebih utama dan lebih kuat ketimbang segunung ibadah dari orang-orang yang tertipu.

Oleh sebab itu, sebagian ulama berkata: Berapa banyak orang yang berpuasa sesungguhnya dia tidak berpuasa dan berapa banyak orang yang tidak berpuasa tetapi sesungguhnya ia berpuasa. Nabi saw bersabda:

Puasa adalah amanah maka hendaklah salah seorang di antara kamu menjaga amanahnya. ” (Diriwayatkan oleh al-Khara’ithi dan sanad-nya hasan)

Sumber: Buletin Al-Madani Edisi khusus Ramadhan

Post a Comment

أحدث أقدم