Sungai Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur (Kaltim) tercemar oleh limbah aktivitas perusahaan pertambangan di wilayah tersebut. Akibatnya, Sungai Sangatta menjadi kotor dan berwarna coklat. Padahal, sungai tersebut digunakan masyarakat Sangatta untuk kebutuhan sehari-hari.
Bupati Kutai Timur Isran Noor membenarkan hal itu. Dia mengatakan, peristiwa pencemaran oleh perusahaan tambang KPC, diakibatkan dari limbah yang keluar sebelum diolah. Penyebab utamanya karena dorongan dari hujan lebat, sedangkan kolam penampungan terus meluber dan tidak bisa menampung limbah.
“Iya, benar terjadi pencemaran, yang berasal dari pengolahan limbah itu tidak sesuai kapasitas air. Saat hujan turun, air melimpah. Sedangkan limbah yang belum diolah tumpah, padahal belum diproses. Jadi mestinya diolah dulu, belum sempat diproses,” kata Isran.Seharusnya, kata dia, sebelum limbah-limbah hasil tambang dilepas ke sungai, harus disimpan di sed pon atau kolam pengendap untuk diolah. Sehingga, jika air limbah sudah sesuai dengan baku mutu air, baru boleh dilepas ke sungai.
“Saya pikir, ini murni karena hujan lebat dan tidak ada unsur kesengajaan. Limbah tersebut belum sempat diolah, tapi sudah keluar duluan karena hujan,” ujarnya.
Isran juga membenarkan, akibat dari pencemaran itu, PDAM Kutai Timur sempat mengurangi produksinya.
“Jadi warga harus rela kekurangan air bersih karena PDAM menggilir aliran air. Karena Sungai Sangatta adalah sumber air baku PDAM. Jadi, karena pencemaran itu, kapasitas produksi diturunkan sampai 60 persen dan masyarakat harus bergiliran,” ungkap bupati yang juga ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) itu.
Diketahui, laporan tersebut bermula dari keluhan masyarakat Sangatta yang tidak bisa menggunakan air sungai lantaran berwarna coklat. Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutim memeriksa dan menguji laboraturium kadar air tersebut, serta menemukan tingkat kekeruhan Sungai Sangatta yang sangat tinggi pada akhir November tahun lalu.
Setelah ditelusuri, penyebab utama pencemaran tersebut terletak dari Sungai Bendili, yang merupakan anak Sungai Sangatta. Di hulu Sungai Bendili berada aktivitas pertambangan batu bara milik KPC, yang diketahui merupakan kawasan Pit Pelikan SP, dan menjadi pintu air terakhir sebelum dilepas ke Sungai.
Posting Komentar